Nih Siapa Menteri Pendidikan Yang Gres Pengganti Anies Baswedan?

Share:

Siapakah Menteri pendidikan yang baru? Siapa yang pantas menggantikan seorang Anies Baswedan?- Sahabat guru-id, pada tanggal 27 Juli 2016 muncul informasi terbaru yang menghebohkan dunia pendidikan yakni mengenai pergantian Mendikbud. berdaarkan info terbaru yang kami baca bahwa perihal Reshuffle Kabinet, yang akan dilantikan untuk menggantikan posisi Anies Baswedan ialah Mantan Rektor Universitas MUhammadiyah Malang (UMM) bapak Muhadjir Effendy.

berdasarkan informasi yang blog guru-id kutip dari okezone, Kebijakan pergantian mendikbud ini disampaikan Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo di Istana Negara pada hari rabu tanggal 27 Juli 2016. Selain menggeser beberapa posisi, saya juga memasukkan darah-darah segar salah satunya Muhadjir Effendy sebagai Mendikbud," ujar Jokowi, Rabu (27/7/2016). Anies Baswedan ditunjuk sebagai Mendikbud pada kabinet kerja. Mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut dilantik pada Oktober 2014. Belum 100 hari menjabat, Anies menciptakan kebijakan kontroversial dengan membatasi penggunana kurikulum 2013 yang di masa mendikbud sebelumnya, M Nuh mulai dimasifkan. Sesuai agenda para menteri gres akan dilantik Presiden Joko Widodo pukul 13.30 WIB

Seperti Apakah Sosok Calon Mendikbud Yang Baru Bapak Muhadjir Effendy?


Sahabat guru-id yang berbahagia, mungkin belum banyak para guru yang mengenal sosok menteri pendidikan yang gres tahun 2016 sehingga perlu admin tuliskan profil singkat seoarang Muhadjir Effendy, sepakat berikut profil Muhadjir Pengganti Anies Baswedan yang kami kutip dari republika

 Siapa yang pantas menggantikan seorang Anies Baswedan Nih Siapa Menteri Pendidikan Yang Baru Pengganti Anies Baswedan?

“Sewaktu duduk di dingklik sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA), saya dan beberapa sobat mendirikan sebuah grup Orkes Melayu berjulukan BRAGA (Barito Suara Guru Agama). Uang untuk membeli alat musiknya, saya tarik dari siswa baru, tetapi tanpa seizin kepala sekolah. Tentu saja, saya menjadi target kemarahan kepala sekolah. Kelompok musik ini bukan hanya untuk menyalurkan hobi musik kami, tetapi juga untuk mencari uang jajan.”

Tak banyak yang akan menyangka bahwa kutipan di atas meluncur dari dongeng Muhadjir Effendy tatkala mengenang masa remajanya. Bagi sebagian orang, mungkin fakta ini mencengangkan. Muhadjir Effendy ialah seorang tokoh pendidikan, yang oleh publik lebih dikenal sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan guru besar bidang sosiologi pendidikan di Universitas Negeri Malang (UM). Di samping itu, publik juga mengetahui Muhadjir sebagai seorang pengamat militer, dan anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Padahal di balik semua itu, Muhadjir gotong royong ialah seorang yang boleh disebut multidimensional.

Di antara sekian banyak dimensi kehidupannya, sisi Muhadjir Effendy sebagai seorang penggerak atau penggerak organisasi terus menempel hingga kini. Semasa pelajar ia ialah penggerak Pelajar Islam Indonesia (PII). Pada dikala menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, ia berkecimpung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan di masa kematangan intelektualnya, ia berperan aktif di organisasi kemasyarakatan dan keagamaan modernis, yaitu Muhammadiyah.

Dalam kaitannya dengan acara di Muhammadiyah, barangkali Muktamar Muhammadiyah 2015 yang terselenggara di Makassar pada Agustus 2015 lalu, telah memperlihatkan makna khusus atau tonggak gres dalam kehidupan Muhadjir Effendy. Ya, alasannya ialah pada Muktamar 2015, ia terpilih sebagai salah seorang dari tiga belas formatur.

Dalam sistem pemilihan pimpinan di Muhammadiyah, seorang ketua umum tidak dipilih secara terpisah. Pemilihan ialah untuk memilih tiga belas calon pimpinan dari tiga puluh sembilan nama yang diusulkan oleh anggota Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Tiga belas orang terpilih inilah yang akan memilih siapa yang harus menjadi nakhoda Muhammadiyah di antara mereka. Dalam rangkaian ini, Dr. Haedar Nashir balasannya terpilih sebagai Ketua Umum Muhammadiyah periode 2015-2020.

Muhadjir Effendy ialah salah seorang Ketua yang akan mendampingi kepemimpinan Haedar dalam masa lima tahun yang akan datang. Sesuai dengan keahliannya, Muhadjir dipercaya sebagai ketua yang membidangi pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah. Ini berarti Muhadjir harus membawahi lebih dari 170 perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) dan ribuan sekolah dasar dan menengah yang tersebar di seantero wilayah di Indonesia.

Kenyataan ini gotong royong telah diperkirakan oleh banyak kalangan. Penempatan Muhadjir sebagai ketua yang membidangi pendidikan di Muhammadiyah sangatlah wajar, mengingat semenjak sangat usang Muhadjir telah berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Ia terlibat dalam pengelolaan salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah yang kini tampil sebagai salah satu universitas Muhammadiyah terbaik di Indonesia, dan perguruan tinggi swasta terunggul di Jawa Timur, yaitu Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Maka nama Muhadjir Effendy menjadi lekat, bahkan identik, dengan Universitas Muhammadiyah Malang. Patut dimaklumi, Muhadjir ialah salah satu dari sekian banyak tokoh yang turut menyumbangkan fikiran, tenaga, bahkan sebagian besar masa hidupnya di UMM, hingga UMM bisa menjadi sebesar kini ini.

Bersama-sama dengan Prof Malik Fadjar, Prof Imam Suprayogo, Haji Sukiyanto (almarhum) dan Kiai Haji Abdullah Hasyim (meninggal pada tahun 2013), Muhadjir muda telah turut serta dalam pengembangan Universitas Muhammadiyah Malang, melanjutkan usaha generasi perintis sebelumnya.

Seperti Kiai Bedjo Darmoleksono, A. Gafar, K.H. Mohammad Goesti, Kapten Mohammad Tahir, Ali Sacheh, Suyuti Chalil, A. Masyhur Effendy, Amir Hamzah Wiryosukarto, Sofyan Aman, Profesor Masjfuk Zuhdi, Profesor Kasiram, dan sederet tokoh Muhammadiyah Malang lainnya. Nama-nama ini ialah menyerupai para pahlawan yang tanpa lelah berfikir dan bertindak demi kemajuan UMM, hingga mengakibatkan UMM mirip yang dikala ini dikenal masyarakat.

Kini, Muhadjir Effendy bukan lagi Muhadjir Effendy sebagai langsung dan individu semata. Muhadjir ialah UMM, dan UMM ialah Muhammadiyah. Maka Muhadjir ialah juga identik dengan Muhammadiyah. Dan, sebagaimana semboyan yang ia cetuskan untuk UMM, “Dari Muhammadiyah untuk Bangsa”, maka buku inipun diikhtiarkan sebagai cara UMM untuk memperlihatkan sumbangsih untuk bangsa, meskipun dalam skala yang sangat sederhana.

Ibarat para pahlawan dalam dunia persilatan, kelima orang ini pada kurun 1980-an, selalu mengasah jurus untuk mengakibatkan padepokan silat yang mereka kelola diperhitungkan oleh orang lain. Usaha tanpa lelah itu memang balasannya membuahkan hasil. UMM memasuki tahapan gres sebagai sebuah perguruan tinggi yang mulai memikat hati masyarakat. Jumlah pendaftar meningkat, aneka macam akomodasi pendukung dibangun, alumni menyebar di aneka macam belahan bumi Indonesia, bahkan mancanegara; dosen gres berdatangan. UMM kemudian berkembang menjadi mirip magnet yang bisa menarik aneka macam benda-benda kecil di sekitarnya.

Benda-benda kecil yang terbawa oleh magnet UMM itu bukan hanya generasi muda pencari pengetahuan, tetapi aneka macam lapisan masyarakat dengan aneka macam macam tujuan dan kepentingan. Ragam ilmu pengetahuan yang dikembangkan di UMM telah memanjakan para pencari pengetahuan untuk memenuhi dahaga ilmunya di telaga ilmu UMM. Tak hanya itu, UMM telah pula menjadi magnet bagi para sarjana gres yang berhasrat menapaki karier akademik dalam perjalanan kehidupannya. Bahkan belakangan, UMM juga menjadi salah satu titik singgah favorit bagi mereka yang berwisata ke daerah Malang Raya.

Tentu ini tak mengherankan, lokasi UMM yang strategis dan topografi alamnya yang memikat, serta bangunan-bangunan yang tertata apik di atas hamparan tanah luas yang pada awalnya ialah lembah dengan struktur tanah menyerupai teras-iring, telah mengakibatkan setiap wisatawan yang melintasinya merasa sayang untuk melewatkan kesempatan singgah di Kampus Putih ini. Tak hanya mempunyai bangunan fisik yang cantik dan suasana lingkungan kampus yang sejuk memanjakan mata, UMM sering pula memenangi aneka macam penghargaan dalam aneka macam bidang atas pengabdian seluruh elemen di kampus tersebut. Kenyataan ini semakin pula mengokohkan posisi UMM sebagai magnet bagi masyarakat.

Sekali lagi, di tengah ragam pencapaian ini, nama Muhadjir Effendy tidak bisa dilepaskan. Muhadjir Effendy, UMM, dan pendidikan tinggi kemudian menjadi tiga hal yang tak terpisahkan. Lambat laun identifikasi dan reputasi Muhadjir sebagai tokoh pendidikan tak hanya dikenal di kalangan Muhammadiyah, tetapi juga di kalangan masyarakat secara umum. Buktinya, meskipun memang belum berhasil menduduki kursi menteri pendidikan, Muhadjir Effendy termasuk salah satu nama yang banyak didiskusikan oleh publik untuk jabatan Menteri Pendidikan Tinggi pada dikala peralihan kekuasaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo.

Maknanya, kehadiran Muhadjir sebagai tokoh pendidikan telah diperhitungkan, tak hanya di Jawa Timur, tetapi juga di tingkat nasional. Bukti lainnya ialah posisi yang pernah diduduki oleh Muhadjir sebagai Ketua Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS) pada 2012-2014. BKS-PTIS ialah sebuah wadah koordinasi dan kerjasama antarberbagai perguruan tinggi Islam di Indonesia. Berdiri pada April 1978 di Bandung, tubuh ini bertujuan untuk menjadi wadah bagi pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh perguruan tinggi Islam swasta.

Meskipun dikenal luas sebagai tokoh pendidikan, Muhadjir gotong royong ialah seorang sosok tokoh dengan ragam kemampuan. Ragam kemampuan itu bisa dilihat dari variasi bidang pendidikan yang pernah ia tempuh. Secara akademis ia terdidik sebagai seorang sarjana muda Pendidikan Agama di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Malang yang kala itu merupakan filial (cabang) dari IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kedua kampus itu kini telah berkembang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Pendidikan sarjana muda (BA) di IAIN ia tuntaskan dan dilanjutkan dengan pendidikan jenjang sarjana (Drs) di bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS) di IKIP Malang, yang kini telah berkembang menjadi Universitas Negeri Malang (UM). Muhadjir selanjutnya mengenyam pendidikan di bidang Administrasi Publik di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sembari menjalankan kiprah sebagai Pembantu Rektor III dan I di Universitas Muhammadiyah Malang. Puncak pendidikannya ialah dalam bidang sosiologi politik, dengan mengambil konsentrasi di bidang sosiologi militer di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga, Surabaya.

Selamat tiba di Guruprofe.blogspot.com Demikian share mendikbud yang gres tahun 2016/2017. Semoga dia bisa menjadi sosok yang bisa memajukan pendidikan di Indonesia. berikutnya baca juga alasan Presiden Jokowi copot Menteri Anies Baswedan

sumber
Advertisement
 
Advertisement
 


EmoticonEmoticon